Poker-seks cerita sek terbaru - Sebelumnya ada kisah Bercinta Dengan Istri Tetangga Pengantin Baru , Kini ada cerita seks yang bergambar Enaknya Ngentot Memek Pembantu Janda Payudara Montok . Selamat membaca dan menikmati sajian khusu bacaan dewasa dan terbaru.
Bi Tari sendiri juga sudah cukup lama menjadi pembantu dirumah tangga Pak Syamsul. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Tari merasa kerasan karena keluarga Pak Syamsul cukup baik memperlakukannya bahkan juga memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Tari sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Pak Syamsul, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tidak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua nanti. Perkara kelakuan Pak Syamsul yang selalu minta dilayanin seks jika istrinya tidak ada dirumah, itu adalah hal lain. Ia tidak memperdulikannya bahkan ikut menikmati juga.
Enaknya Ngentot Memek Pembantu Janda Payudara Montok
Walaupun orang kampung, Bi Tari juga tergolong wanita yang cantik menarik. Usiannya tidak terlalu tua, sekitaran 30 tahunan. Penampilannya selalu seksi dan tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Pak Syamsul sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya juga lumyan putih dan mulus dan terawat bersih dan halus. Soal wajah juga lumayan cantik dan memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Pak Syamsul saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur saat Bi Tari sedang memasak.
Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Tari adalah seorang janda yang sudah lama ditinggal suaminya tapi masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia juga kerap bercinta pula dengan Kang Tarno, ia adalah seorang Satpam penjaga rumah, Perselingkuhannya dengan Kang tarno berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Pak Syamsul yang sedang pergi keluar kota selama sebulan penuh. Selama itu juga Bi Tari merasa kesepian, tidak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. tidak tahan oleh gairahnya yang meledak-ledak, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya dikamar belakang.
Suatu malam kemudian Bi Tari kembali tidak bisa tidur. Ia gelisah tidak menentu. Bergulingan diatas ranjang. Tubuhnya mengigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Pak Syamsul dalam pelukannya karena istrinya ada dirumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Pak Saymsul tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Pak Syamsul yang memiliki 'senjata dahsyat'. Bayangan batang kontol Pak Syamsul yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Tari terangsang menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Tarno untuk mengantikannya namun ia tidak berani selama ada majikannya ada dirumah. Kalau ketahuan bisa hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Tari hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tidak terasa gairahnya terbawa tidur.
Dalam mimpinya Bi Tari merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Pak Syamsul. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya sehingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Tari mengigau sambil membusungkan dadanya.
"Remas....Uuugghhhh..Isep Pentilnya...Aduhhhh.. enaknya...."
Kedua tangan Bi Tari memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya mengeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Tari terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan dikedua payudaranya, sampai-sampi ia terbangun dari mimpi nikmatnya itu.
Dengan perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia melihat ke bawah dan ternayata ada seseorang tengah menggumuli payudaranya dengan penuh nafsu. Ia mengira Pak Syamsul yang sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istrinya ada dirumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana jika kalau istrinya datang?
Bi Tari langsung bangkit dan mendorong tubuh yang sedang menindihnya dan hendak mengingatkan Pak Syamsul akan situasi yang tidak memungkinan ini. Namun belum sempat ucapannya keluar, ia melihat ternyata orang yang menindihnya bukan Pak Syamsul?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andi, putra tunggal majikannya yang berumur 17 Tahunan!?
"Mas Andi?" Pekiknya sambil menahan suaranya.
"Mas ngapain dikamar Bibi?" Tanyanya lagi kebinggunan melihat wajah andi yeng merah padam.
"Bi..ngghhh... anu... ma-maafin Andi.." Katanya dengan suara memelas. Kepalanya tertunduk tidak berani melihat ke wajah Bi Tari.
" Tapi... barusan nga... ngapain?" Tanyanya lagi karena tidak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.
"Andi... ngghhh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinkan minuman.." Katanya menjelaskan.
"Tapi saat lihat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat... nngghhhh... Andi nggak tahan..." Katanya.
"Ooohhh...Mas Andi... itu nggak boleh.. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?" Tanya Bi Tari.
"Andi tahu itu salah... tapi...ngghhhh..." Jawab Andi ragu-ragu.
"Tapi kenapa?" Tanya Bi Tari penasaran.
"Andi pengen kayak Kang Tarno.." Jawabnya kemudian.
Kepala Bi Tari bagaikan disambar geledek mendengar ucapan Andi. Berarti dia sudah tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
"Kenapa Andi pengen itu ?" Tanyanya dengan lembut.
"Andi sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghhh... anuu.."
"Anu apa?" Desak Bi Tari makin penasaran.
"Andi suka ngintip.. Bibi lagi mandi," akunya sambil melirik kearah pakaian tidur Bi Tari yang sudah terbuka lebar.
Andi melenguh panjang menyaksikan payudara yang montok yang menggantung tegak didada pengasuhnya itu. Bi Tari dengan refleks merapikan untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Tari dalam hati. Nggak jauh beda dengan bapaknya.
"Boleh kan Bi?" kata Andi kemudian.
"Boleh apa?" sentak Bi Tari mulai sewot.
"Boleh itu..ngghhh.. anu.. kayak tadi.." pinta Andi tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Tari.
"Mas Andi jangan kurang ajar begitu sama perempuan..," katanya seraya mundur menjauhi anak itu. "nggak boleh!"
"Kok Kang Tarno boleh? Nanti Andi bilangin lho.." kata Andi mengancam.
"Ehh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa.." kata Bi Tari panik.
"Kalau gitu boleh dong Andi?"
Kurang ajar bener ini anak, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai ! Bi Tari berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tidak bercerita kepada orang lain. Bi tari lalu tersenyum kepada Andi seraya meraih tangannya.
"Mas Andi mau pegang ini ?" katanya sambil menaruh tangan Andi keatas payudaranya.
"Ia.. ii-iiya..," katanya sambil menyeringai gembira.
Andi juga langsung meremas payudara kembar milik Bi Tari dengan bebas dan sepuas-puasnya. "Gimana Mas...enak nggak?" Tanya Bi Tari sambil melirik wajah anak itu. Tanpam juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga", pikir Bi Tari. Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan nafsu dan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, Tetapi dari pada tidak sama sekali?
Setalah berpikiran seperti itu, Bi Tari menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak masih bawah umur itu. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Tari jadi terangsang. Keinginnnya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Pak Syamsul, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.
Lalu ia biarkan Andi meremas-remas buah payudarannya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andi mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Tari yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
"Sakit Bi?" tanyanya.
"Nggak Ndi. Terusin aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. Terus sambil diremas.. uughhh..."
Andi mengikuti semua perintah Bi Tari. Ia menikmati sekali remasaannya. Begitu kenyal, montok dan oohhh asyik sekali..! Pikir Andi dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium payudara itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi. Bi Tari terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andi satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik dibalik baju tidurnya. Perasaan Bi Tari seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menuggu gerayangan tangan Andi dibalik roknya segera sampai pangkal pahanya. Tapi lihatnya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Tari mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitifnya. Bi Tari memang tak pernah memakai pakaian dalam saat sedang tidur. "Tidak Bebas", katanya.
Andi terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Tari.
"Nggak apa-apa.. Pegang aja.. pelan-pelan.. ya.. terus... begitu.. ya... terusshh..uugghh Mas enakkkk.!
Andi sangat bersemangat mendengar erangan Bi Tari yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir memeknya Bi Tari. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Tari megeluh. Andi meneruskan tusukan jarinya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andi mudah melesak kedalam lubang memeknya dan terus semakin dalam.
"Akkhhhh...Mas masukin teussshh...ya begitu.. Oohhh Mas Andi pinter!" desah Bi Tari mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan kesekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh Andi berbuat ini dan itu. Tangan Bi Tari mulai menggerayang ketubuh Andi. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnya dan langsung merogoh kebalik celana dalam anak itu.
"Mmmppphhh..", desahan Bi Tari begitu merasakan batang kontol anak itu yang sudah mengeras seperti baja. Ia melirik ke bawah dan melihat batang kontol Andi mengacung tegang sekali. Boleh juga ini anak. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran seumurnya. Tangan Bi Tari mengocok perlahan batang kontol Andi. Andi pun mengeluh keenakkan.
"Oooggghhhh.. Bi... Uuueeennaaakkkhhhh" Desahan Andi Perlahan.
Bi Tari tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Tari semakin terangsang dan tidak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam lubang memeknya. Rasanya ia tak kuat menahan desahan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu..., Bi Tari merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tidak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjut bernafsu ditamabh, pengalaman baru dengan anak dibawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.
Andi terperangan menyaksikan ekspresi wajah Bi Tari yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andi menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Tari kesakitan.
"Bi? Bibi kenapa ? Nggak apa-apa kan?" tanyanya demikian polos.
"Nggak sayankk.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Mas Andi," demikkian kata Bi Tari seraya menciumi wajah tampan anak itu.
Dengan penuh nafsu, bibir Andi dikulum, dijilat sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andi senang melihat kegarangan Bi Tari. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.
"Aduh Mas...enak sekali..Mas Andi pinter..Uuuggghhh!" Bi Tari erangan kenikmatan.
Bi Tari benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andi masih perjaka tulen. Bi Tari semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka itu. Lalu ia mendorong tubuh Andi sehingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga kebawah. Lidahnya menyapu-yapu di sekitar kontol Andi. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan mengulumnya dengan rakus dan penuh nafsu.
Tubuh Andi berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Tari mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata kesekujur batang kontolnya. Andi merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andi merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyebur dari unjung kontolnya. Bi Tari rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan capat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kontol Andi sehingga tidak langsung menyebur.
"Akkkhhh Bi... kenapa?" Tanya Andi binggung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.
"Nggak apa-apa. Tenang saja, Mas. biar tambah enak," jawabnya seraya naik keatas tubuh Andi.
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Tari mengarahkan batang kontol Andi persis kearah lubang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bi Tari turun sambil memegang kontol Andi yang sudah mulai masuk.
"Uugghhhh.. enak nggak Mas?"
Aduuhhh... Bi Tari.. Sedappphhh...! desahannya.
Andi merasakan batang kontolnya seperti disedot liang memek Bi Tari. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. kontolnya bergerak cepat keluar masuk liang nikmat itu. Bi Tari tak mau kalah. pantatnya juga ikud bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andi.
"Auuugghhhh Masss... Ueeennnaaakkkk!" Jeritan Bi Tari seperti kesetanan.
"Terus Mas, jangan berhneti. Ya tusuk ke situ... aaauuggghhhh... aaakkkhhhh...."
Andi mempercepat gerakkannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
"Bi.. saya mau keeeluuuaarrr..." jeritnya.
"Iya Mas.. ayo keluarin aja.. Bibi juga mau keluar... ya terusshhh.. oohhhh terusss...." katanya tersengal-sengal.
Andi mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot lubang memek Bi Tari dengan sodokan bertubi-tubi sampai pada akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat keatas dan sambil memeluk tuubuh Bi Tari erat-erat, Andi menyeburkan cairan mani kentalnya berkali-kali didalam lubung memek Bi Tari.
"Crot... crottt.. croottt,,,".
"Aaaakkkhhh...." Bi Tari juga mengalami orgasme. sekujur rubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andi.
"Oohhh... Mas... Hebat sekaliii..."
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan diatas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meskipun udara malam diluar cukup dingin. nampak senyum Bi Tari mengembang dibibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andi.
"Giaman Mas. Enak kan?". tanyanya.
"Iya Bi, enak sekali,' Jawabnya Andi seraya memeluk Bi Tari.
Tangannya mencolek nakal kepayudara Bi Tari yang menggelantung persis di depan wajahnya.
"Ihhh.. Mas nakal," katanya semakin genit.
Tangan Bi Tari kembali merayap kearah batang kontol Andi yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan sehingga batang kontol Andi mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
"Bibi isap lagi ya Mas?"
Andi hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Tari ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar ayam sedang berkokok. Andi meninggalkan kamar Bi Tari dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah melepaskan perjakanya dan merasakan pengalaman yang sangat luar biasa.
Setelah kejadian malam itupun, mereka juga kerap melakuan hubungan seks sewaktu-waktu Orangtua Andi keluar kota. dan Bi Tari tidak lagi menggoda kepada Satpam karena kini sudah ada anak majikannya yang bersetubuh dengannya. lama-kelamaan Andi sudah jago dan terbiasa melakuan hubungan seks dengan pembantunya.
Enaknya Ngentot Memek Janda Payudara Montok : by poker-seks.blogspot.com - Cerita Mesum, Cerita Panas, Cerita Dewasa, Cerita Seks, cerita Seks indonesia, Pengalaman Seks, Cerita Seks Hot, Cerita Porno, Porno Indonesia, Cerita Seks Seru, Cerita Ngentot, Cerita Panas ABG, Cerita Anak Sekolah, Cerita Panas Bersama Pacar
- Kisah ngentot sama pembantu
- Cerita pembantuku yang seksi
- Cerita ngentot pembantuku saat sedang nafsu
- Cerita pembantu yang montok
- Cerita enak ngentot memek pembantu janda
0 komentar:
Posting Komentar